CEO baru memaparkan kondisi keuangan yang mengerikan di perusahaan film yang dikelola pemerintah PFN

Rizal Santoso
Rizal Santoso

Sebagai jurnalis yang berpengalaman lebih dari 15 tahun di media Indonesia, saya berkomitmen untuk menyajikan informasi yang relevan dan otentik agar pembaca lebih dekat dengan keragaman Indonesia.

Jakarta. Musisi Riefian Fajarsyah, CEO yang baru ditunjuk sebagai perusahaan film yang dikelola pemerintah Produksi Film Negara (PFN), mengatakan pada hari Sabtu bahwa tugasnya tidak akan berjalan di taman, karena ia harus berurusan dengan kesulitan keuangan yang saat ini mengganggu perusahaan.

Dalam posting Instagram yang jujur, Riefian mengungkapkan bahwa PFN sangat berhutang budi dan berjuang untuk membayar gaji karyawan secara penuh.

“PFN sedang dikeringkan dengan hutang total puluhan miliar (rupiah), gaji masa lalu yang belum dibayar, tagihan vendor yang luar biasa, kewajiban asuransi sosial, dan bahkan bonus Ramadhan untuk karyawan yang tidak dapat kita bayar sekarang,” tulis Riefian, yang lebih populer diketahui seperti Ifanam Seventeen.

Dia juga mencatat bahwa PFN tidak menerima alokasi anggaran langsung dari pemerintah dan harus hanya mengandalkan pendapatan yang dihasilkan sendiri.

PFN, sebuah studio yang dulu ikon yang telah memproduksi film, film dokumenter, dan program televisi untuk pemerintah Indonesia sejak pendiriannya pada tahun 1934, terkenal karena produksi pertunjukan boneka anak-anak yang dicintai “Si Unyil.” Selama beberapa dekade, perusahaan telah memainkan peran penting dalam pengembangan bioskop nasional dan konten pendidikan. Namun, transisi PFN ke era digital telah penuh dengan tantangan.

“Karena kendala anggaran, kami tidak dapat memenuhi target produksi kami sendiri,” kata Riefian. “Akibatnya, karyawan dan direktur tidak menerima gaji penuh – beberapa dibayar hanya 30 hingga 40 persen dari apa yang mereka hutang.”

Dia menambahkan bahwa banyak peralatan film PFN sekarang sudah usang, telah ditinggalkan oleh pergeseran cepat dari sistem analog ke digital.

Berlawanan dengan spekulasi publik, Riefian menekankan bahwa pengangkatannya oleh Presiden Prabowo Subianto bukanlah hak istimewa pribadi, juga tidak menawarkan manfaat finansial.

Peran baru adalah tanggung jawab yang berat karena dia sekarang menanggung beban menghidupkan kembali PFN, memastikan kelangsungan hidupnya, dan menjamin kompensasi yang adil bagi karyawannya.