Kalimantan Timur mendirikan Pusat Penyelamatan Margasatwa untuk spesies yang terancam punah di luar orangutan

Rizal Santoso
Rizal Santoso

Sebagai jurnalis yang berpengalaman lebih dari 15 tahun di media Indonesia, saya berkomitmen untuk menyajikan informasi yang relevan dan otentik agar pembaca lebih dekat dengan keragaman Indonesia.

Kalimantan Timur. Badan Konservasi dan Sumber Daya Alam Kalimantan Timur telah bermitra dengan Jaringan Aksi Konservasi (CAN) Indonesia untuk mendirikan pusat penyelamatan satwa liar di Kabupaten Berau, yang didedikasikan untuk merehabilitasi dan melindungi spesies yang terancam punah.

Dinamakan Pusat Penyelamatan Satwa Liar Sam Long, fasilitas ini akan berfungsi sebagai tempat perlindungan bagi Gibbons, Monyet, Beruang Matahari, Pangolin, Hornbill, dan Spesies Burung endemik lainnya dari Kalimantan. Ini dirancang untuk menyelamatkan, merehabilitasi, dan melatih kembali hewan yang terluka, dipindahkan, atau membutuhkan perawatan khusus.

Kebutuhan mendesak untuk pusat penyelamatan margasatwa

Menurut Ari Wibawanto, kepala Badan Konservasi dan Sumber Daya Alam, Kalimantan Timur dengan sangat membutuhkan pusat khusus untuk menyelamatkan hewan yang terperangkap dalam konflik manusia-liar.

“Hewan yang diselamatkan akan dirawat dan dilatih sebelum dilepaskan kembali ke alam liar,” kata Ari pada hari Sabtu.

Dia menambahkan bahwa Long Sam menyediakan tempat yang aman bagi hewan yang terkena dampak perburuan ilegal, penghancuran habitat, dan perubahan iklim. Meskipun bukan pusat rehabilitasi orangutan, fasilitas ini juga akan membantu dalam evakuasi dan penyelamatan orangutan bila diperlukan.

“Mengingat situasi saat ini, kami berharap dapat berkontribusi secara signifikan terhadap konservasi satwa liar sambil meningkatkan kesadaran publik tentang pentingnya keanekaragaman hayati,” tambah Ari.

Beyond Orangutan: Melindungi spesies yang terancam punah lainnya

Kalimantan sering dikaitkan dengan orangutan, tetapi banyak spesies yang terancam punah lainnya menghadapi ancaman yang meningkat, menurut Paulinus Kristianto, pendiri Can Indonesia.

“Hutan Kalimantan Timur adalah rumah bagi banyak hewan yang terancam punah, bukan hanya orangutan. Ekosistem yang sehat mencakup berbagai spesies, namun banyak yang berisiko karena kehilangan habitat dan perburuan liar,” kata Paulinus.

Seekor bayi beruang yang diselamatkan dari komunitas terlihat di tempat kudus di Kalimantan Timur. 6 Oktober 2024. (Foto milik Can Indonesia)

Salah satu spesies yang paling rentan adalah pangolin, yang perburuan liarnya melonjak secara dramatis. Gibbons juga membutuhkan perhatian khusus, karena mereka, seperti orangutan, perlu diajarkan keterampilan bertahan hidup sebelum dilepaskan kembali ke alam liar.

“Inilah sebabnya kami mendirikan Pusat Penyelamatan Satwa Liar Sam yang panjang. Banyak hewan yang berjuang untuk bertahan hidup ketika habitat alami mereka menyusut. Tanpa intervensi, peluang mereka untuk bertahan hidup ramping,” Paulinus menjelaskan.

Di luar menyediakan tempat berlindung, Long Sam bertujuan untuk mendidik komunitas lokal tentang pentingnya konservasi. Program pelatihan dan kolaborasi dengan sekolah akan membantu meningkatkan kesadaran di antara generasi muda tentang perlindungan lingkungan.

Kebutuhan untuk pelepasan hutan

Tantangan utama yang dihadapi konservasi satwa liar adalah ketersediaan hutan yang cocok untuk melepaskan hewan yang direhabilitasi. Paulinus menekankan bahwa hutan yang dilindungi sangat penting untuk kelangsungan hidup jangka panjang mereka.

“Setelah rehabilitasi, hewan -hewan ini membutuhkan hutan yang aman dan sehat untuk kembali. Namun, hutan -hutan ini juga harus dipantau dan dilindungi,” katanya pada hari Minggu.

Sayangnya, deforestasi, konversi lahan untuk perkebunan, dan perubahan iklim dengan cepat menyusut habitat yang layak di Indonesia. Kerugian ini secara langsung mengancam kemampuan untuk memperkenalkan kembali satwa liar yang diselamatkan kembali ke lingkungan alami mereka.

Badan Konservasi dan Sumber Daya Alam dan organisasi lingkungan lainnya menyerukan kepada pemerintah dan publik untuk memprioritaskan perlindungan dan pemulihan hutan. Mereka menekankan bahwa tanpa ekosistem hutan yang sehat dan terhubung, upaya konservasi tidak akan berhasil.

“Tanpa hutan, menyelamatkan satwa liar menjadi tidak ada gunanya. Kita harus memastikan bahwa pembebasan mereka dilakukan di daerah lindung di mana mereka dapat berkembang,” pungkas Paulinus.

Untuk memperkuat upaya konservasi, peran masyarakat lokal menjadi semakin penting. Melalui kampanye pendidikan dan kesadaran, diharapkan orang akan mengambil peran aktif dalam melindungi hutan sebagai habitat kritis untuk spesies yang terancam punah.