Kuningan – Tampilan tarian kolosal dipastikan akan menjadi daya tarik tersendiri, bahkan menjadi poros kemeriahan dalam perhelatan malam pembukaan Pekan Olahraga Pemerintah Daerah (Porpemda) XV Jawa Barat, yang akan digelar pada Minggu (26/11/2023), di Stadion Mashud Wisnusaputra, Kuningan.
Berbagai simbol akan diungkapkan dalam bahasa liuk indah ragam gerak, namun tak lepas dari kesan enerjik para penari yang berjumlah 248 siswa siswi SMP, SMA dan SMK se kota Kuningan, terpadu dengan harmonisasi aransmen musik pengiring, di bawah kilauan semburat cahaya lighting.
Seperti diungkapkan sutradara/konseptor tarian kolosal Porpemda XV Jabar Dede Nono Rukmana (DNR), dia bersama Pimpinan Produksi Oka Mustofa, para instruktur dan pelatih yang terdiri dari, Rini Ramdhania, Isyana Martha Rayanti, Wempi Apdiansyah, Kiki Rohmani, Saepul Nuriman, Adhitya Ramadhan, Miftah Maulana Rosiansyah, serta Cindy Anugrah Pratiwi, akan berupaya semaksimal mungkin mempersembahkan karya apik, penuh pesan simbolik, demi nama baik Kuningan.
Nono menjabarkan, beberapa simbol akan ditampilkan menuju ke tema, diantaranya tarian gunungan berjumlah 28, menggambarkan jumlah kontingen yang terdiri dari 27 kabupaten/kota, ditambah satu kontingan dari pemerintah provinsi.
15 bendera penanda cabang olahraga yang dipertandingkan, 32 umbul-umbul sebagai penguat, lalu, kata Nono, penggabungan berbagai kesenian tari yang ada di Jawa Barat, sebuah gambaran tentang kesatuan dalam Porpemda, kesatuan harapan, keinginan, dan perjuangan mewujudkan Jabar Juara.
“Mengingat kesenian Jawa Barat itu sangat banyak, untuk memudahkan dalam sajian tarian kita bagi menjadi empat, diantaranya Jabar Pantura, Jabar Betawi, Jabar Kulon, dan Jabar Priangan. Disamping itu, gerak taripun kita masukan ke beberapa materi tarian yang sudah tersebar,” kata Nono, kepada wisesamedia.com.
Beberapa materi tarian yang sudah tersebar itu, menurut Nono, seperti Tari Topeng yang berasal dari Cirebon, Tari Bangreng dari Sumedang, Kuningan sendiri ada Tari Kemprongan, dan yang paling menyeluruh di Jabar adalah Ketuk Tilu dan Jaipongan, dimana kesemua perwakilan itu dipadu dan dinamakan Tari Pergaulan.
“Simbol-simbol itu juga nampak kuat pada properti, dalam Tari Payung tergambar Kota Tasik yang merupakan lumbungnya pengrajin payung geulis, Tari Buyung dari Kuningan, yang mempertegas jika Jawa Barat selain dikenal dengan keindahan alam, juga pertaniannya. Jadi intinya, esensi dari Tarian Kolosal ini adalah gambaran kekayaan kearifan lokal ranah Pasundan, Jawa Barat,” ungkap Nono.
Untuk proses menuju kesempurnaan gelaran, meski keseluruhan penari merupakan pemula, terutama dalam seni tari kolosal, dijelaskan Nono, maka yang dipakai dalam pola latihan adalah konsep workshop, dibawah arahan 10 pelatih yang memiliki tanggung jawab masing-masing jenis tarian.
“Karena kita tidak menggunakan para penari profesional, apalagi mereka belajar nari secara dadakan, untuk mempercepat proses maka kita pakai konsep workshop, sehingga mereka memahami tari di panggung berbeda dengan kolosal, lalu mereka memahami pentingnya disiplin, mereka harus benar benar hapal hitungan, ketukan, hapal musik, dan lainya,” jelas Nono.
Namun, Nono bersyukur, para penari yang merupakan para murid persekolahan tingkat menengah dan atas itu sangat responsif, dibarengi antusiasme yang tinggi, sehingga tidak ada keluhan, malah sebaliknya semangat tinggi diperlihatkan oleh mereka.
Miftah Maulana Rosiansyah atau yang akrab dipanggil Iip, salah satu dari pelatih menambahkan, bahwa banyak sisi positif yang didapat dengan dilibatkannya para murid sekolah dalam gelaran tari kolosal Open Ceremony Porpemda XV Jabar, karena dengan begitu bisa sekaligus menjadi ajang penggalian potensi, juga regenerasi pelaku seni tari di Kabupaten Kuningan.
“Dengan melibatkan para murid SMP, SMA, dan SMK, berarti kita merangkul mereka yang memiliki bakat serta potensi di sekolah masing masing, dan ketika mereka sudah terbiasa menari tetapi belum terbiasa terjun dalam seni kolosal, artinya kitapun memberikan pengalaman pada mereka. Dengan begitu akan mulai tercipta regenerasi penari di Kabupaten Kuningan,” tutur Iip. (Yud’s)