Penulis : Refino Mutshernar (World Citizen)
Awas beli tanah bisa jadi negara. Seperti Palestina oleh Israel, jangan lupa Saxon pada Eropa, Afrika, lalu Amerika. Mereka datang ke tanah orang lain, lalu jualan tiket Eropa – Amerika, rebutan pake kuda pasang patok. Mereka berontak pada Saxon/Inggris, kemudian menjadi Amerika. Indian digeser, Apache, terakhir 1800 Geronimo ditangkap tidak dberikan sebidang tanah pun.
Saxon itu kental dengan patikan, dimana disana Romawi bercampur dengan Yahudi yang kuilnya sudah tidak laku. Untuk politik agamanya saat cerita Yesus tidak terbendungkan di Yerusalem terhadap Romawi, sampai bingung Yesus-nya di timur tengah, pusat agamanya di Vatikan Eropa.
Benang merah nya memang secara genetik ras tersebut perebut penjajah dengan segala macam cara. Masih ingat, betapa gemasnya Hitler pada ras Yahudi, sampai drama epik atas nama genosida jadi bisnis menarik paska Jerman kalah oleh Sekutu, Yahudi CS menuntut ganti rugi sampai dikenal holocoust industri nya. Ras terlicik, bayangkan kalah strategi perang bisa bom atom, kota dimana rakyat tidak bersalah disana, Hirosima dan Nagasaki! Timur di bungkam jilid I.
Suku Indian menyebut, jangan pernah percaya pada kulit putih, saya ingat betul Trump mengembalikan imigran sampai memisahkan ibu dan anak, layaknya pemilik tanah tulen, walau itu terlalu ras tapi saya sebagai penulis tidak meragukan itu.
Ya betul manusia terdiri dari 2 jenis, org baik dan jahat. Tapi bentuk penguasaan/jajahan secara genetik dapat saya rasakan waktu bekerja sehari-hari dengan mereka. Mereka dominasi bisnis dari sisi system. Saya sebagai multi ras Nusantara saat itu tidak membiarkan dominasi itu begitu saja dalam berbisnis, berdebat keras untuk bangsa saya, face to face, foot to foot, ya kaki ketemu kaki, karena mereka senang sekali bicara sambil kaki diangkat (tumpang kaki), sayapun bicara tumpang kaki, mereka menyebut nama, saya panggil nama belakang mereka… Walau secara notabene memang masih harus terus mengejar ketertinggalan, karena dampak penjajahan 350 tahun, kita tertinggal etos gap-nya cukup jauh.
Ingat Aborigin dengan Australinya, Afrika dengan multi Eropanya, Nusantara dengan Belandanya. Dominasi ini akan sedikit terganggu, etos timur terbantu oleh geliat RRC dalam industri teknologi dll. Harus diakui itu, walau jadi meme hangat di bangsa kita, padahal mereka sudah brsama kita sebagai saudara dari sejak lama, karena mereka bangsa perantau. Niaga. Ya diakui sudah membuat kota kota sebagai mereka sendiri, halus memang, tapi itu dampak perlakuan kesenjangan sosial kita sndiri, sampai mereka memasang pagar tinggi, mungkin pencipta jendela pagar besi juga mereka.
Kembali lagi ke Zionist dan persekongkolannya, ini bukan masalah satu kaum atau agama. Ini soal penjajahan nyata di dunia modern. Mungkin pergerakan kecil dari sisi sesama agama akan bergerak linier pada pergerakan dunia.
Atau harus tangan tuhan? Tapi saya tidak melihat itu di suku indian, afrika. Sampai ada istilah tuhan sudah berpaling dari afrika. Ya penjajahan dimana-mana, dengan bisnis, dengan friencise, monopoli produk, pinjaman negara!
Tapi dalam konteks ini Zionist terlalu kasar dengan bermodalkan cerita 2000 tahun lalu itu tanah mereka. Atau ini terasa bombastis perih mengerikan, karena medianya berbeda dengan jaman dulu? (***)