Kuningan – 7 hari sudah perjalanan helaran Upacara Adat Seren Taun 22 Rayagung 1956 Saka Sunda, dengan mengangkat tema “Merawat Pusaka Budaya Nusantara”, yang berlangsung dari tanggal 6 hingga 11 Juli 2023, dan berpusat di pelataran Gedung Paseban Tri Panca Tunggal, Kelurahan/Kecamatan Cigugur, Kabupaten Kuningan.
Tiga tahapan dalam prosesi tradisi Seren Taun pun telah dilalui, dari mulai damar sewu, pesta dadung, dan terkahir tari buyung tampil di puncak acara, berbaur bersama gelaran ngajayak pare (menyambut persembahan padi), yakni iring-iringan rombongan pembawa hasil bumi dari 4 penjuru angin menuju pusat pelaksanaan upacara adat.
Tampak dalam rombongan penbawa hasil bumi tersebut terdiri dari, rombongan angklung buncis, pasukan jagabaya, penari buyung, penari jamparing apsari, rombongan kamonesan, atau memeron, 11 pasang muda mudi membawa hasil bumi, rombongan ibu-ibu menyunggi padi, serta para bapak yang memikul padi dengan rengkong, dimana rombongan tersebut selama perjalanan menuju tempat upacara diiringi pertunjukan gamelan goong renteng.
Lalu, bertempat di pelataran Gedung Paseban Tri Panca Tunggal, pusat penyelenggaraan Seren Taun, di hadapan Bupati Kuningan H. Acep Purnama, SH, MH, Staff Ahli Kemendikbudristek, Ketua Komnas Perempuan RI, Forum Koordinasi Pimpinan Daerah Kabupaten Kuningan, Beberapa Kepala SKPD, Pupuhu Masyarakat AKUR, Forum Koordinasi Pimpinan Kecamatan Cigugur tamu undangan, serta masyarakat, dan turis yang sengaja datang di keistimewaan kearifan lokal Kuningan itu tergelar beragam pertunjukan yang menggambarkan kekayaan budaya Indonesia.
Tampil dalam pertunjukan ragam kekayaan budaya Indonesia diantaranya, tari Jamparing Apsari, tari Puragabaya Gebang, tari Maung Lugay, kesenian Angklung Buncis, Angklung Kanekes, taru Buyung, dan ditutup dengan pertunjukan memeron.
Kemudian, setelah tamu undangan memasuki Ruang Jinem Paseban untuk mengikuti prosesi seremonial, dalam laporannya Ketua Panitia Seren Taun Ratu Juwita Djatikusumah menyampaikan rasa terima kasihnya kepada segenap tamu undangan yang hadir dari berbagai kalangan, muali dari akademisi, birokrat, hingga para penggiat budaya dari seluruh tanah air.
“Kondisi ini merupakan spirit kebersamaan dalam menghargai berbagai perbedaan yang ada di sekitar kita, sekaligus membuktikan, bahwa kita dapat bersama-sama membangun Negeri Indonesia di atas perbedaan tersebut,” ungkap Rat Juwita.
Hal senada diungkapkan Bupati Kuningan H. Acep Purnama, SH, MH, dan Acep mengungkapkan kebahagiaannya atas eksistensi nyata, dari satu komunitas di wilayah administratif pemerintahan Kabupaten Kuningan, yang tidak pernah mengenal lelah dalam mewujudkan ajegnya marwah kedudayaan berbasis kearifan lokal.
Dimana, ikhtiar nyata yang ditunjukan oleh komunitas masyarakat Akur Sunda Wiwitan Cigugur Kuningan berupa gelaran monumental yang secara rutin dan terpola dilaksanakan, yaitu Upacara Adat Seren Taun tersebut telah menjadi icon penting yang berkontribusi meningkatkan kewibawaan budaya Kabupaten Kuningan.
“Disamping itu, seperti kita ketahui bahwa Seren Taun merupakan upacara adat tahunan ini telah memiliki pengakuan, baik secara nasional, maupun internasional. Hal ini terbukti dengan ditetapkannya Upacara Adat Seren Taun sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) tingkat Provinsi Jawa Barat, bahkan saat ini Upacara Adat Seren Taun sedang dalam proses penetapan sebagai WBTB peringkat nasional,” tandasnya.
Usia pelaksanaan seremonial, acara di lanjutkan dengan prosesi “menumbuk padi”, dimana undangan diberi halu (alu : alat penumbuk padi) satu per satu, kemudian secara bersama-sama menumbuk padi di lesung, sebagai penutup seluruh rangkaian perhelatan Upacara Adat Seren Taun 22 Rayagung 1956 Saka Sunda. (Yud’s)