Tasikmalaya – Berada diantara Pantai Santolo Garut dengan Pantai Batu Karas Pangandaran, diapit oleh dua sungai, barat Sungai Pacer, timur Sungai Pada, diantara Desa Kalapa Genep dan Desa Cimanuk, Kecamatan Cikalong, Kota Tasikmalaya terhampar keindahan laut berwarna biru tua nan eksotis, dengan tepian eloknya bernama Pantai Karang Tawulan.
Diantara deburan ombak besar khas karakter pantai selatan menerpa jajaran atol, atau pulau pulau karang menjorok ke tengah samudra, yang pada musim tertentu dihuni berbagai jenis burung, dihiasi hijaunya pepohonan nan lebat sepanjang area, membuat siapapun yang berkunjung ke tempat berjarak 97 Km dari Pusat Kota Tasikmalaya, atau sekitar 40 Km dari Pantai Pangandaran ini berasa hadir di Tanah Lot Bali.
Semakin kuat nuansa Bali, saat menikmati semilir angin menerpa sambil memanjakan mata menyaksikan lidah ombak pecah terburai putih menghantam aneka ragam karang yang kokoh berserakan, berhias tumbuh-tumbuhan, dengan celahnya dipenuhi ikan, dari pondok gardu pandang di atas ketinggian strategis untuk spot foto.
Nama Karang Tawulan sendiri, menurut Dedi salah satu petugas wisata di lokasi tersebut, berasal dari kata Karang, yang artinya batu karang, dan Tawulan diambil dari nama tanjakan yang berada disekitar area pantai, kemudian digabungkan menjadi Karang Tawulan.
Sebelum terkenal seperti sekarang, kata Dedi, dulunya merupakan tempat batram, atau tempat masyarakat beristirahat untuk makan setelah mengambil terumbu karang, maupun mencari rumput laut. Selain itu, dahulu juga dijadikan tempat berkumpul saat akhir pekan dan hari libur untuk melihat ikan besar, atau penyu.
Pantai Karang Tawulan memiliki beberapa titik wisata diantaranya, Poponcol, salah satu tebing yang paling menjorok di tempat itu. Konon, dahulu pada zaman revolusi disini dibangun menara pengawas untuk menjaga keamanan. Kalapa Rea, dimana asal usul nama titik lokasi ini berasal dari pengalaman orang-orang yang pertama menemukan pantai tersebut, yang banyak berhamburan buah kelapa.
Pantai Batu Gedogan, disini terdapat sebuah batu berdiri tegak, dimana menurut cerita masyarakat setempat, batu itu digunakan oleh Eyang Sang Hiang Banyu Mukti yang terkenal dengan julukan Garuda Ngapuk sebagai tempat ‘pacuh’, atau ‘tugugur’, yaitu tempat mengikat kuda sembrani miliknya. Dan berdasar cerita itu, masyarakat Desa Cimanuk, dan Desa Kalapa Genep percaya, jika mereka tidak boleh memelihara kuda. Bahkan, katanya pernah beberapa kali ada yang memaksa memelihara, namun selalu mati, karena dimusuhi oleh sang kuda sembrani.
Kemudian Pantai Muara Pada Bumi, nama ini disinkronkan dengan nama sungai yang bermuara di pantai tersebut. Dan kembali menurut cerita masyarakat, nama Sungai Pada Bumi diambil dari nama seorang jawara penghuni lokasi itu, yakni Eyang Mangku Bumi.
Memasuki lokasi indah ini, diawali dengan lapangan khusus tempat parkir kendaraan yang dikiri kanannya terdapat toilet, musholla, warung-warung dengan menyediakan santapan makan dan minuman dari berbagai olahan seafood. Sebagai catatan, harga-harga jajanan di lokasi ini sangat bersahabat dengan turis lokal, atau murah.
Lalu, di sepanjang tepian pantai terdapat fasillitas seperti, gazebo-gazebo, gardu pandang berbentuk pondok yang menjorok ke tengah pantai, tersedianya sarana untuk berkemah, juga beberapa penginapan yang berdiri di dekat lokasi obyek wisata. Intinya, bisa dikatakan tempat ini sangat instagramable, plus cocok untuk healing. Yang penting jangan sendiri, supaya ada saksi, bahwa kita pernah berkunjung ke salah satu lokasi terindah di Jawa Barat. (Yud’s)