Ngobeng Situ Cimalongpong, Potret Lestarinya Budaya Gotong Royong Warga Kelurahan Ciporang

Berita Wisata Seni & Budaya

Kuningan – Meski dijadwalkan pukul 07.00 WIB, tetapi sejak lepas subuh masyarakat telah memenuhi tepian bendungan, atau Situ Cimalongpong, Kelurahan Ciporang, Kecamatan Kuningan, untuk turut larut dalam pesta tradisi panen ikan, yang dikenal dengan Ngobeng, pada Minggu (18/6/2023).

Dan bersamaan dengan kehadiran Wakil Bupati Kuningan HM. Ridho Suganda, dimulai dengan letusan kembang api yang diarahkan ke atas langit Ciporang berselimut awan mendung tipis, sebagai pertanda dilangsungkannya helaran budaya Ngobeng, atau ngabedahkeun Setu Cimalongpong, secara serentak warga dengan jumlah mencapai seribu lebih itu-pun menyerbu ke area bendungan yang airnya telah disurutkan sejak kurang lebih pukul 05.30 WIB.

Menurut Kepala Kelurahan Ciporang Dadan Sudiana, pelaksanaan tradisi Ngobeng kali ini memang sedikit berbeda dengan kebiasaan yang telah dilakukan selama ini, dimana secara turun temurun dilakukan menjelang datangnya hari-hari besar keagamaan, khususnya Maulid Nabi, serta meskipun lebaran Idul Adha 1444 Hijriah hampir tiba, tetapi bisa dikatakan jangka waktunya masih lumayan agak lama.

Hal itu terjadi, kata Dadan, karena telah terjadi musibah longsor pada tanggul situ, sehingga pelaksanaan pesta rakyat Kelurahan Ciporang, yang demikian kental menggambarkan rasa kebersamaan khas budaya Sunda itu terpaksa diselenggarakan pada Minggu pagi pertengahan Bulan Juni 2023.

“Meski begitu, yang terpenting eksistensi budaya tetap terjaga, serta esensinya tetap bisa didapatkan, yakni menyatukan seluruh warga yang setiap harinya sibuk oleh aktivitas kegiatan masing-masing di satu lokasi, dengan penuh kegembiraan sambil bergotong royong dan berbagi,” kata Dadan, pada wisesamedia.com.

Hal itu dibenarkan Ketua Panitia Pesta Rakyat Tangkap Ikan Situ Cimalongpong Dedi Kusnadi, dimana meskipun bukan pada waktu seperti biasanya, karena adanya musibah longsor tanggul situ, terpaksa kegiatan panen ikan yang ditanam hasil patungan benih dari warga 16 RT, di RW 1 dan 2 Kelurahan Ciporang segera digelar, agar tidak mubazir, atau hilang tidak karuan.

“Keberadaan ikan di Situ Cimalongpong memang merupakan hasil pananaman secara bertahap dengan diawali sejumlah 12 ribu benih ikan campuran seperti kancra, mas, nilem, dan lain-lain. Kemudian di tahap kedua dari pembelian masyarakat secara patungan per-RT hampir 850 orang, ini kan artinya ikan ini milik masyarakat, khususnya dari 16 Rt yang adai di RW 1 dan 2, serta para pengurus LPM, MUI, juga aparat kelurahan,” ujar Dedi.

Sejarah awal dan tatacara tradisi Ngobeng Situ Cimalongpong sendiri dituturkan tokoh masyarakat yang juga merupakan Ketua MUI Kelurahan Ciporang Ahmad Syarif, bahwa semua kegiatan itu mulai diadakan pada masa pemerintahan Kuwu (Kepala Desa) H. Suwanda, sekitar tahun 1048, kemudian sempat vakum di saat transisi dari sistem pemerintahan desa ke kelurahan.

Kemudian, tutur Ahmad Syarif, dilanjutkan kembali dengan sistem yang sama seperti yang diterapkan pada awal dimulainya tradisi tersebut, yakni patungan tiap warga sebesar 1 ketip kala itu, sekarang menjadi Rp. 10 ribu, dengan jumlah 850 orang yang andil dari tiap RT.

“Ini merupakan kegiatan turun temurun dari nenek moyang yang dilestarikan hingga kini, dengan ikan yang dipanen hasil gotong masyarakat, ditambah sumbangan pemerintah sebanyak 40 ribu ekor. Lalu dipanen dan dinikmati secara bersama-sama oleh masyarakat Ciporang,” tutur Ahmad Syarif.

Cara pengembilannya sendiri, diutarakan Ahmad Syarif, masyarakat turun ke situ secara bersama-sama, lalu tiap 10 ekor ikan yang didapat setiap warga, 9 ekor diantaranya diserahkan pada panitia, yang nantinya akan dibagikan kembali kepada penduduk Ciporang.

Wakil Bupati Kuningan HM. Ridho Suganda yang berkesempatan hadir pada perhelatan itu mengaku merasa bangga, karena masih tetap terpeliharanya kelestarian budaya, atau kebiasaan masyarakat yang intinya demi menjaga keberlangsungan ekosistem ikan tersebut.

“Ini merupakan pesta rakyat yang tentunya harus kita lestarikan, karena selain sebagai sarana hiburan masyarakat, nilai kebersamaannya demikian kental. Itu bisa dibuktikan dengan hasil tangkapan yang dibagikan untuk seluruh masyarakat Ciporang, meskipun orang itu tidak turut serta turun ke situ untuk bersama melakukan panen ikan,” ungkap Ridho.

Ridho berharap, kegiatan yang sebenarnya merupakan cerminan asli adat masyarakat Kabupaten Kuningan, terutama dalam budaya saling membantu dan bergotong royong itu tetap lestari, diantaranya kegitan seperti Ngobeng Situ Cimalongpong itu dilakukan juga di lokasi-lokasi situ lainnya yang ada di Kuningan. (Yud’s)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *