Kuningan – Akibat jebolnya tiga lokasi saluran air, 4 desa pada dua kecamatan di Kabupaten Kuningan, diantaranya Desa Babakanmulya, Desa Puncak, dan Desa Cisantana, Kecamatan Cigugur, serta Desa Sukadana, Kecamatan Kadugede, dengan luas lahan pertanian mencapai 45 hektar terancam alami kekurangan air.
Ketua Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Sehati, Desa Babakanmulya, Kecamatan Cigugur Juminda Karyandana membeberkan, cuaca panas yang terjadi dalam beberapa hari terakhir telah mengakibatkan retakan permukaan tanah di atas bendungan yang selama ini diandalkan untuk mengairi area persawahan pada empat desa, sehingga berdampak longsor selama tiga hari pada bendungan tersebut.
“Cuaca panas telah menyebabkan retakan pada tanah di atas bendungan, sehingga air menerobos celah-celah tanah, dan mengakibatkan bendungan alami longsor. Sekitar 300 hingga 400 petani, termasuk buruh tani yang mengolah sawah di bawah area bendungan, terdampak kejadian ini,” ujar Juminda, Rabu (31/5/2023).
Juminda mengungkapkan, paska kejadian jebolya bendungan pihaknya telah mengajukan permohonan bantuan kepada dinas terkait untuk memperbaiki saluran air yang mengalami kerusakan, tetapi hingga saat ini pihaknya belum mendapatkan respon sama sekali.
“Kami sangat berharap, pihak Pemkab Kuningan, melalui stakeholder, termasuk OPD terkait segara menindaklanjuti permohonan kami, para petani, untuk melakukan perbaikan saluran irigasi, karena situasi ini menunjukan kebutuhan yang sangat mendesak,” ungkapnya.
Sementara, melihat kondisi memperihatinkan dialami para petani akibat peristiwa jebolnya bendungan tersebut, Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Kabupaten Kuningan langsung melakukan respon cepat dengan memberikan bantuan berupa paralon berdiameter 8 inchi, untuk memperbaiki kerusakan saluran air yang dialami Desa Babakanmulya, dan Desa Sukadana, Kecamatan Kadugede.
Ketua DPC HKTI Kabupaten Kuningan Hanyen Tenggono menjelaskan, setelah mendapat kabar atas peristiwa jebolnya bendungan tersebut, pihaknya langsung melakukan peninjauan ke lokasi kejadian, untuk melihat sejauh mana kerusakan dan dampak yang ditimbulkan.
“Setelah mengetahui kondisi sebenarnya, kami langsung memberikan bantuan darurat untuk para petani yang terdampak peristiwa longsor ini, dengan harapan bantuan tersebut bisa membantu sementara para petani, hingga perbaikan yang lebih besar dapat dilakukan pada masa mendatang,” jelasnya.
Selain itu, kata Hanyen, pihaknya juga berharap para pemangku kepentingan, termasuk SKPD terkait segera menindaklanjuti permohonan petani untuk segera melakukan perbaikan saluran irigasi. Mengingat, infrastruktur irigasi yang baik sangat penting bagi kelangsungan hidup petani dan produksi pertanian.
“Rusaknya saluran air tidak hanya mempengaruhi pertanian saat ini, tetapi juga berpotensi mengganggu ketahanan pangan dan mata pencaharian petani di masa depan. Oleh karena itu, kami berharap adanya kerjasama dan koordinasi antara pemerintah, organisasi petani, dan pemangku kepentingan terkait. Hal ini sangatlah penting untuk mengatasi masalah, sekaligus mencegah kerugian yang lebih besar lagi bagi para petani, serta sektor pertanian secara keseluruhan,” tandasnya.
Dilain pihak, para petani yang terkena dampak bencana tersebut sangat mengapresiasi bantuan dari HKTI tersebut. Karena menurut mereka, dengan adanya bantuan dari HKTI dapat membantu mereka untuk tetap melanjutkan pekerjaan, demi mencukupi kebutuhan keluarga. (Yud’s)