Bandung – Jumlah naskah Sunda diperkirakan Filolog University of Hamburg Dr. Dick van der Meij bisa mencapai puluhan ribu, sayangnya, keberadaan naskah tersebut belum terdokumentasi dengan baik, bahkan beberapa diantaranya masih dimiliki perorangan.
Dr. Dick van der Meij mengungkapkan hal itu saat menyampaikan kuliah umum dengan mengangkat tema ‘Naskah Sunda dan Ilmu Pengetahuan: Apa yang Bisa Ditelusuri dan Kepentingannya’, yang digelar Program Studi Sastra Sunda Fakultas Ilmu Budaya Universitas Padjadjaran di Aula Pusat Studi Bahasa Jepang FIB Unpad, Jatinangor, akhir Februari silam.
“Untuk itu, penelusuran lebih lanjut perlu dilakukan, sebab banyak sekali unsur budaya yang bisa digali dan diteliti,” ungkap Dick, Senin (20/3/2023).
Pengetahuan umum terkait naskah dan isinya, menurut Dick, perlu ditingkatkan agar khazanah pernaskahan Nusantara tetap lestari, dan bermanfaat. Dan hal ini menjadi kesempatan bagi mahasiswa Prodi Sastra Sunda untuk mengkaji naskah kuno, khususnya naskah Sunda.
“Ini dimungkinkan, karena mahasiswa sudah dibekali pengetahuan mengenai aksara Sunda, serta hal tersebut dapat dijadikan modal untuk menelusuri apa saja yang terkandung dalam naskah, terutama naskah Sunda,” ujar Dick.
Dick menyarankan, untuk melakukan kajian terhadap naskah kuno, agar jangan terlalu fokus pada kajian kandungan teks. Ini disebabkan, banyak detail naskah seperti penulisan judul, ornament-ornamen, catatan pinggir, kolofon, dan lainya yang acapkali tidak terlalu diperhatikan.
Detail kecil tersebut, sambung Dick, sebenarnya bisa diteliti dan ditelusuri lebih lanjut untuk membuka peluang diketahuinya ilmu pengetahuan yang baru. Karena, detail kecil dalam naskah memegang penting dalam menentukan keaslian dari naskah tersebut.
“Dengan adanya perbedaan penulisan tiap naskah membuka peluang untuk melakukan riset mengenai tulisan-tulisan yang berbeda antara naskah yang satu dengan naskah lainnya,” jelasnya.
Dick memandang, naskah yang beredar di luar negeri terkadang tidak mencerminkan kehidupan sebenarnya yang ada di masyarakat. Ada kemungkinan naskah tersebut dibuat untuk maksud tertentu, bukan hasil dari kebudayaan alami. Naskah yang beredar atas permintaan atau tujuan tertentu, dan itu tidak terlalu penting didokumentasikan karena mengurangi esensi keberadaan naskah yang sebenarnya.
“Untuk itu, upaya inventarisasi dan digitalisasi naskah sangat penting dilakukan. Ada kemungkinkan keberadaan naskah Sunda bisa hilang begitu saja jika tidak segera diselamatkan,” tandasnya. (Yud’s/https://www.unpad.ac.id/2023/03/selain-diinventarisasi-keberadaan-naskah-sunda-perlu-ditelusuri-untuk-kepentingan-riset/)