Di ITB Ridwan Kamil Beberkan Nilai-Nilai Kepemimpinan Dalam Perspektifnya

Berita Pendidikan Pilihan

Jakarta – Ridwan Kamil ceritakan nilai-nilai kepemimpinan yang dianutnya, serta mewarnai perjalanan karier pria yang akrab disapa Kang Emil atau RK ini, dari mulai sebagai arsitek kemudian terpilih menjadi Wali Kota Bandung, hingga menjadi Gubernur Jawa Barat selama total 9 tahun, dengan menyabet 880 penghargaan, dalam kuliah umum yang bertajuk “In Harmonia Progressio: Dari Ganesha Bangun Jabar Juara”, sekaligus sebagai pembicara dalam acara Leadership Night tahun 2022, Selasa (20/12/2022) di SBM-ITB Kampus Jakarta.

RK mengungkapkan, tiga nilai fundamental yang menjadi pedoman dirinya diantaranya, kepemimpinan itu diniatkan untuk ibadah, kekuasaan sifatnya hanya sementara, dan komitmen untuk memberikan manfaat bagi orang banyak.

Dituturkan RK, seorang pemimpin harus mampu mengukur hasil dan mengavaluasi kemanfaatan dari kepemimpinannya, dan ada dua ukuran penting yang dipraktekan dirinya, pertama apakah secara personality (Kepribadian), pemimpin dirindukan oleh rakyatnya, dimana hal ini akan ditentukan oleh gestur dan penampilannya. Faktor kepribadian ini menjadi penting, karena saat ini seorang pemimpin dipilih oleh rakyatnya labih karena faktor emosional.

Saat ini, kata RK, orang pintar saja tidak cukup untuk menjadi seorang pemimpin yang berhasil, tetapi harus dekat dengan rakyatnya. RK sendiri mengaku, cara dirinya agar bisa akrab dengan rakyat Jawa Barat dengan memanfaatkan beberapa perubahan pola komunikasi, diantaranya melalui media sosial.

“Namun demikian, di sisi lain ada pengukuran kedua yang tak kalah pentingnya terkait kualitas dari pengambilan keputusan, serta kebermanfaatannya, yaitu seberapa besar daya transformasi seorang pemimpin,” kata RK.

Pada kesempatan itu RK Juga membagikan kisah keberhasilannya dalam mengarungi situasi krisis Covid-19, dimana dengan bermodalkan kemampuan adaptif plus optimisme, dan selalu positif thingking, akhirnya mampu mencetuskan ide-ide inovatif, serta melakukan revolusi digital di semua aspek pemerintahan, juga kehidupan warga Jawa Barat.

“Baik di kota (smart city), maupun di desa (digital village), termasuk beberapa aplikasi yang sudah diluncurkan untuk meningkatkan produktivitas di berbagai industry, misalnya perikanan dan pertanian (e-Fishery, Fish Finder, Drip Irrigation, dan penggunaan Drone untuk penyemprotan pestisida), temasuk peluncuran program Petani Millenial untuk menggalakan kembali industry pertanian di kalangan anak muda,” ujarnya.

RK juga mengajak alumni ITB yang notabene para teknokrat untuk turut serta berkiprah sebagai kepala daerah, karena menurutnya, saat ini baru sekitar 1 persen saja dari total sekitar 500-an kepala daerah (wali kota, bupati, dan gubernur) di seluruh Indonesia yang berasal dari Kampus Ganesha tersebut.

“Potensi pengembangan Indonesia ke depan sangat besar, terutama di bidang Energi Terbarukan. Namun, di sisi lain terdapat pula tantangan global warming dan berbagai isu terkait sustainability lingkungan yang harus segera diatasi, salah satunya dengan penggunaan Green Energy (yang telah dimulai dengan penggunaan kendaraan listrik). Saya berharap, credo dari ITB “In Harmonia Progressio” dapat lebih mewarnai kepemimpinan di Indonesia,” tandas RK.

Sementara Wakil Rektor Bidang Akademik (WRAM) ITB sekaligus Pelaksana Tugas (Plt.) Dekan SBM ITB, Prof. Jaka Sembiring mengungkapkan kebanggaannya terhadap RK sebagai alumni ITB. In Harmonia Progressio sebagai motto ITB sangat nyata mewarnai perjalanan Ridwan Kamil sebagai alumni ITB dalam memimpin.

Jaka Sembiring membeberkan, acara Leadership Night sendiri merupakan acara tahunan yang dilakukan oleh SBM ITB Kampus Jakarta sebagai sarana untuk mendengarkan pandangan dari figur pemimpin dan pengambil kebijakan level nasional atas isu-isu yang tengah terjadi.

Acara Leadership Night di tahun-tahun sebelumnya, lanjut Jaka Sembiring, menghadirkan figur terkemuka seperti Kuntoro Mangkusubroto (2010), Jusuf Kalla (2011), Dahlan Iskan(2012), Gita Wirjawan (2013), Anies Baswedan (2014), Basuki Tjahaja Purnama (2015), Sri Mulyani (2016), Boediono (2017), Ignasius Jonan (2018), Susi Pudjiastuti (2019), Nadiem Makarim (2020), dan Budi Gunadi Sadikin (2021).

“Dalam acara ini juga terdapat penghargaan yang diberikan kepada mahasiswa, dosen, alumni, dan karyawan terbaik. Penghargaan ini diberikan sebagai bentuk apresiasi atas pencapaian mereka dalam dedikasi kegiatan belajar mengajar SBM ITB,” tutur Jaka. (Yud’s)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *