Penulis : Clara Anggrea Rahmaliani, S.K.M – PKB ahli Pertama
Stunting merupakan isu kesehatan nasional yang menjadi prioritas untuk segera ditangani. Kondisi balita stunting di Indonesia hasil Studi Status Gizi Balita Indonesia (SSGBI) Kementerian Kesehatan tahun 2021 menunjukkan bahwa prevalensi stunting di Indonesia sebesar 24,4 %. Ini masih cukup tinggi dari toleransi maksimal stunting yang ditetapkan oleh WHO sebesar 20% dan jauh dari target 2024 sebesar 14%.
Apa itu Stunting ?
Stunting adalah kondisi gagal tumbuh kembang anak karena kekurangan gizi kronis yang berlangsung lama dan infeksi yang berulang akibat sanitasi yang buruk ditandai dengan adanya panjang badan atau tinggi badan dibawah standar. Masyarakat mengenal istilah stunting adalah pendek atau kerdil. Namun, ini merupakan hal yang sensitif yang tidak bisa sembarang orang bisa menjudge bahwa anak tersebut stunting. Perlu adanya pemeriksaan dan pemantauan dari tenaga kesehatan yang bisa menyatakan seorang anak itu stunting.
Penyebab stunting dibedakan menjadi penyebab langsung dan tidak langsung. Penyebab langsung yaitu kurangnya asupan gizi seimbang dan infeksi pada ibu dan anak. Kebutuhan asupan gizi seimbang tidak hanya untuk orang dewasa saja tapi juga harus terpenuhi pada anak-anak. Penerapan pola asuh yang tepat menjadi faktor pendukung dalam pemenuhan nutrisi yang baik terutama dalam 1000 Hari Pertama Kehidupan.
Sedangkan, penyebab tidak langsung yaitu sanitasi atau lingkungan yang buruk karena tidak menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat. Misalnya minimnya akses air bersih dan air minum, pemukiman kumuh, dan sarana sanitasi yang tidak memadai. Kondisi ini tentu akan berpengaruh juga pada meningkatnya angka kesakitan akibat infeksi yang diderita oleh masyarakat.
Apakah stunting itu bahaya ?
Dampak stunting dapat dirasakan dalam jangka waktu lama tidak sehari dua hari atau sebulan dua bulan. Dampak yang terlihat pada jangka pendek diukur dari tinggi badan yang dibawah standar usianya dan gangguan kecerdasan akibat kekurangan gizi. Pada jangka panjang karena kekurangan gizi yang tidak segera tertangani berdampak pada menurunnya kemampuan intelektual anak yang nantinya bisa menghambat penyerapan pelajaran saat sekolah hingga produktivitas yang kurang optimal saat dewasa. Daya tahan tubuh tidak berkembang juga menyebabkan anak mudah sakit. Bahkan para ahli menyatakan bahwa stunting meningkatkan risiko penyakit tidak menular seperti diabetes, hipertensi , jantung koroner. dan stroke.
Menakutkan sekali bukan ? Kira – kira bisa dicegah tidak stunting ?
Tentu bisa. Pencegahan stunting tidak bisa dilakukan sekali dua kali tetapi membutuhkan waktu yang lama dan berkelanjutan. Dimulai sejak remaja hingga masa 1000 Hari Pertama Kehidupan. Remaja hendaknya mulai menyadari pentingnya perilaku sehat khususnya pada remaja putri yang nantinya akan menjadi calon ibu bagi anak-anaknya kelak. Remaja putri berisiko mengalami anemia dimana kadar sel darah dalam tubuhnya kurang atau biasa disebut kurang darah. Oleh karenanya, Disamping asupan nutrisi yang harus terpenuhi, remaja putri juga dianjurkan untuk mengkonsumsi Tablet Tambah Darah untuk mencegah anemia.
1000 Hari Pertama Kehidupan merupakan periode emas dimulai saat kehamilan hingga anak berusia 2 tahun. Mengapa disebut PERIODE EMAS ? sebab dalam fase ini pembentukan otak anak sangat pesat dan proses tumbuh kembang anak dimulai pada masa ini. Perlu dilakukan pengasuhan yang tepat pada fase ini karena menentukan kualitas seorang anak di masa depan.
Bagaimana caranya ?
Pada masa kehamilan, ibu hamil harus rutin periksa kehamilan untuk memantau tumbuh kembang janin. Asupan gizi seimbang terpenuhi dengan konsumsi ragam makanan meliputi makanan pokok, lauk pauk, sayuran, buah – buahan dan jangan lupa untuk konsumsi Tablet Tambah Darah (TTD) atau makanan yang mengandung zat besi seperti ati ayam, telur, ikan.
Memasuki masa persalinan dan menyusui (0 – 6 bulan), lakukan proses persalinan oleh tenaga kesehatan (bidan/dokter) dan persiapkan untuk melakukan Inisiasi Menyusui Dini (IMD) segera setelah lahir agar bayi mendapatkan ASI pertama yang disebut kolostrum. Beriksan ASI Ekslusif selama 6 bulan pertama tanpa tambahan makanan atau minuman apapun, serta kunjungi Posyandu dan imunisasi sesuai jadwal untuk mengetahui tumbuh kembang anak. Selain itu, jangan lupa gunakan alat kontasepsi untuk mengatur jarak kehamilan agar kehamilan selanjutnya terencana.
ASI tetap diberikan sampai anak usia 2 tahun (24 bulan) dan tidak lupa dengan memberikan Makanan Pendamping ASI (MP ASI) dengan nutrisi yang baik sesuai usianya. Anak mendapatkan imunisasi lengkap dan vitamin, rutin mengikuti Posyandu dan Bina Keluarga Balita (BKB) serta melakukan stimulasi (rangsangan) yang tepat untuk tumbuh kembang anak.
Penanganan stunting tidak bisa ditangani hanya pada tingkat keluarga saja tetapi perlu adanya intervensi lintas sektor dan keterlibatan semua pihak baik pemerintah, pemberi pelayanan dan masyarakatnya. Peningkatan pengetahuan dalam penerapan pola pengasuhan yang baik diharapkan dapat memberikan perubahan sikap dan perilaku sehat agar bisa melakukan langkah – langkah dalam pencegahan stunting demi mewujudkan “Zero New Stunting” yang digaungkan oleh pemerintah provinsi Jawa Barat dalam menurunkan prevalensi stunting di Indonesia.